S2

hat tossing ceremony at graduationTak apalah ku tulis ini sekarang, siapa tahu bisa jadi motivasi untukku yang nyatanya sekarang memang sangat butuh motivasi. S2? Sudah ku kubur dalam-dalam impian itu. Sejak ibuku memintaku untuk tak lagi memikirkannya. Ya, ku ikuti saja perkataan beliau, karena gini-gini nih aku adalah anak yang tak bisa untuk tak patuh pada orang tua, apalagi ibu. Ibuku memang tak berpendidikan tinggi, sangat rendah bahkan jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Kok? Bukannya mereka dilahirkan dari orang tua yang sama? Mereka memang lahir dari orang tua yang sama tapi dengan kesempatan yang berbeda. Masalah IQ? Tentu bukan. Jiakalau memang diberi kesempatan, aku yakin ibuku adalah wanita dengan IQ di atas rata-rata. Kesempatan? Ya, kesempatanlah yang membedakan ibuku dengan saudara-saudaranya yang lain dari segi jenjang pendiddikan.

            Kakekku yang tak lain adalah bapak ibuku adalah seorang petani yang tegas dan pekerja keras. Beliau dan istrinya adalah orang tua yang rela banting tulang untuk menghidupi keuarganya dan berkorban demi pendidikan anak-anaknya. Semuanya disekolahkan hingga jenjang pendidikan tertinggi yang bisa anak mereka raih. Tapi, ini hanya berlaku hanya bagi anak beliau yang laki-laki. Ibuku tujuh bersaudara, tiga laki-laki dan empat perempuan. Beliau masih menganut prinsip orang dulu, perempuan nggak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti juga bakalan ada yang nanggung (suami). Nah, karena prinsip inilah kesempatan ibuku untuk menikmati jenjang pendidikan setinggi-tingginya pupus sudah. Tiga saudara ibuku yang laki-laki punya kesempatan itu dan sekarang mereka telah menjadi seorang polisi, petinggi sebuah Bank, dan seorang guru.

            Pengalaman masa kecil ibuku inilah yang kini berdampak bagiku. Prinsip ibuku, kesempatan yang tak beliau dapatkan tak akan anak-anak beliau rasakan. Ibukulah yang selama ini memberiku semangat dan motivasi untuk selalu bangkit walaupun kadang-kadang semangatku tak setinggi semangat beliau. Kini, aku telah bereda di ujung studiku menempuh S1 di sebuah perguruan tinggi Negeri. Sekarang ku sedang berkutat dengan penelitian yang sebentar lagi kan menemui hasil. Lantas kemana setelah S1? Nah, di sinilah inti cerita yang ingin ku ceritakan. Jika ku jawab dengan seejujur-jujurnya, rencanaku selanjutnya adalah melanjutkan studiku ke luar negeri, ya melanjutkan S2. Sudah sejak lama impian ini ku bangun. Sejak ku injakkan kaki di Bogor. Ku telah menulisnya di selembar 100 impian yang dulu ku buat yang tak tahu kemana lembaran itu sekarang. Bahkan, telah ku tulis dengan nama Negaranya, hahaha :D.

            Tapi, setelah ku berada di tingkat akhir ku putuskan untuk tak memikirkan S2 lagi. Kenapa? Menyerah pada impian? Tentu tidak, tapi bisa dibilang iya juga sih. Gini nih ceritanya. Ibuku mendapat pertimbangan dari saudara-saudaranya mengenai studiku. Paman-pamanku bilang sebaiknya studiku dicukupkan sampai S1 saja. Banyak pertimbangan yang beliau-beliau berikan pada ibuku, sehingga beliau meng’iya’kan saran-saran mereka. Ibuku memaparkan semuanya padaku. Sebenarnya aku agak kurang setuju, tapi ku iyakan saja semuanya. Ya, ku putuskan untuk tak melanjutkan studi dan bekerja saja. Alhasil, mulailah ku ikut jobfair yang ada di kampusku. Tapi, anehnya tiap ada panggilan wawancara selalu bentrok dengan jadwal penelitianku. Mungkin belum rejeki kali ya. Mungkin. Diam-diam ku juga mencari informasi mengenai studi S2 ke luar negeri, tentang cara-caranya, beasiswanya, semuanya lah. Ku simpan di folder khusus di laptopku. Buat cadangan, siapa tahu ibuku kan berubah pikiran.

            Nah, doaku ternyata terkabul. Beberapa hari yang lalu, ibuku menelpon dan beliau mengizinkanku untuk melanjutkan studi S2 ku. Entah ilham dari mana itu. Dari manapun ilhamnya, aku sangat berterimakasih pada orang yang memberikan pencerahan itu. Ibuku sangat menggebu-gebu ketika memberikan izin itu sama menggebunya denganku yang sangat senang mendengar kabar ini. Semangat yang dulu itu tarasa kembali. Semangat untuk terus menuntut ilmu hingga jenjang yang lebih tinggi. Jadi makin semangat nih penelitiannya, makin semangat pula untuk mengejar gelar sarjana. Tapi, harus ku tanamkan dalam diri, jangan sampai semangat ini hanya berakhir di sini. Ku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan semakin mantengin tuh cara-cara buat lanjut studi S2. Ku telah sedikit banyak punya gambaran tentang sebuah Negara. Semoga semuanya dipermudah, amiiin. Ku berharap bisa menulis lagi tentang pengalaman S2 ku di blog ini karena artinya ku telah berada di Negara yang ku inginkan tuk melanjutkan studi. Jikalau impian hamba ini terbaik untuk hamba, kabulkanlah ya Allah. Amin ya Robbal Alamin.

2 thoughts on “S2

Leave a comment