Hellow Oktober, nggak kerasa tiba-tiba udah Oktober aja. Masih segar di ingatan kalau di tulisan sebelum ini aku men-challenge diri sendiri untuk menulis setiap hari di bulan September. Tapi kenyataannya, hari demi hari di bulan September berlalu, hanya satu tulisan yang terposting wkwkwk. Ini nambah deretan challenge yang ku buat dan tak pernah bisa ku selesaikan. Sesusah itu istiqomah/konsisten, makanya aku tak pernah mempermasalahkan orang-orang yang tak konsisten karena aku pun begitu ahahaha. Niat yang kuat ternyata tak cukup untuk melaksanakan sebuah challenge, ternyata harus didukung oleh kondisi badan yang sehat wal afiat. Entah kenapa beberapa bulan terakhir aku jadi mudah sakit-sakitan, sakit perut dan kepala. Sakit kepala paling mengganggu karena aku bisa sampai mual-mual dan muntah-muntah. Kenapa ya badan ini? Kayaknya faktor usia kali ya, apa iya udah sejompo itu? Kayaknya nggak juga deh. Something wrong sih sama badan ini tapi aku juga belum tau dan belum siap untuk tahu. Kalau browsing di google si yang keluar penyakitnya ngeri-ngeri banget, malah makin bikin overthinking. Kayaknya sih masuk angin ya, pernah kan kalian pusing kepala bagian belakang terus kerasa sampe ke mata. Bikin susah tidur terus diikuti rasa mual dan kadang sampe muntah juga. Ini sih paling menyiksa, ketika kalian tidur tapi nggak nyenyak, bangun-bangun malah makin pusing. ya gitu lah, back to main topic.
Malam ini aku mau cerita kejadian yang kalau diinget-inget konyol banget si, parah. Sesuai judulnya, cerita ini mengenai ayam goreng hisana. Kalian tahu ayam goreng hisana kan ya? Sejenis fried chicken KFC gitu tapi versi murahnya. Ayam hisana ini termasuk jajaran ayam KW KFC yang enak si menurutku. Garing dan bumbunya meresap sampe ke dalem. Jadi, lumayan buat makan ayam goreng enak tapi murah. Suatu malam, tiba-tiba aku kabita (read: kepengen banget) ayam hisana soalnya males mikir makanan lain, yang enak dan simple aja dah. Jatuhlah pilihan ke ayam goreng hisana karena deket kosan juga. Ku belilah ayam goreng dada tampa nasi, setelah ku bayar ku lanjutkan perjalanan ke alfamidi. Sesampainya di parkiran alfamidi, ku parkir motor dan ku putuskan untuk masuk tanpa membawa si ayam goreng hisana yang sudah aku beli tadi. Ku cantolin aja di motor. Ku lihat suasana alfamidi lagi padet dan rieweuh karena ada barang datang, jadi ada mobil box yang bawa barang dagangan gitu dan beberapa pegawai berbaris untuk mengeluarkan barang-barang itu. Ku pilih barang-barang yang ingin ku beli, setelah selesai ku bawa ke motor dan ku buka jok motor untuk naruh barang belanjaan karena aku lupa bawa tas belanjaan dan ogah banget beli tas belanjaan baru.
Pas nyampe motor, kaget lah aku karena ayam goreng hisanaku udah hilang, lenyap tak berbekas. Ku masukkan semua barang dan ku bergumam dalam hati,
-ah… ayam goreng doang, udah ikhlasin aja-. Tapi sudut hatiku yang lain berbisik,
-ih,,, parah banget, ini bukan masalah ayam gorengnya ya, tapi kamu udah didzalimin dan diambil haknya-. Aku merasa terbakar emosi mendengar bisikan hatiku yang kedua, lantas ku putuskan untuk bertanya pada abang tukang parkir,
“pak, lihat barang saya nggak di sini? Tadi saya bawa barang dan sekarang udah nggak ada” tanyaku. Sengaja tak ku sebutkan kalau barang yang ku maksud adalah ayam goreng karena aku tak mau disepelekan –ah elah, ayam goreng doang.
“nggak ada mbak, dari tadi emang nggak ada barang apa-apa” jawab si abang tukang parkir.
Tak puas dengan jawabannya, kembali ku bertanya,
“masa sih pak nggak ada, saya bawa barang tadi ke sini, saya taruh di sini” kataku sambal menunjuk cantolan di motor.
“udah.. udah… daripada ribet, mending lihat di CCTV, kan itu ada CCTV” sela seorang pegawai alfamidi yang sedang menurunkan barang di dekat mobil box.
Karena sudah kadung basah, ku terusin aja saran si pegawai alfamidi. Walaupun hatiku yang lain berbisik, -emang perlu sejauh ini ya? Kan Cuma ayam goreng-. Tapi tetap saja ku masuk kembali ke alfamidi, nyamperin pegawai yang sedang berdiri di meja kasir,
“mas, saya boleh lihat CCTV nggak mas? Saya barusan bawa barang, terus saya taruh di motor dan belanja. Eh pas keluar, barang saya udah nggak ada” kataku panjang lebar.
“emang barangnya apa mbak? Udah ditanyain ke tukang parkirnya nggak? Kan di sana ada tukang parkir” jawab di mas-mas alfamidi. Kayaknya dia rada ogah-ogahan mau buka CCTV nya soalnya emang kondisi alfamidi lagi rame dan rieweuh.
“udah saya tanya mas, katanya nggak ada barang. Makanya saya mau lihat rekaman CCTV di bagian pojok saja” kataku sambal menunjuk pojok parkir.
“sebentar ya mbak” jawab si mas-masnya sambil menuju meja computer, ku perhatikan si sambil ogah-ogahan karena memang si masnya lagi nggak fokus soalnya sambil ngecekin stok barang sepertinya.
Ketak-ketik, buka folder ini itu, akhirnya sampailah pada kesimpulan yang sangat mengecewakan,
“mohon maaf mbak, ini CCTV yang bagian pojok ternyata ga nyimpen rekamannya. Udah beberapa hari memang sedang trouble” kata si mas nya.
“oh… nggak bisa, ya udah kalau gitu” jawabku dengan ketus dan rasa kecewa yang amat sangat karena aku tuh selama ini pelanggan setia alfamidi. Sungguh sangat tidak professional –bisikku dalam hati. Akhirnya ku putuskan untuk pulang saja dan menyerah dengan si ayam goreng hisana –ah elah, ayam goreng doang.
Ku kembali ke parkiran dan ditanya sama si pegawai yang tadi menyarankanku untuk lihat CCTV dan ku jawab nggak bisa CCTV nya. Aku kembali bertanya ke abang tukang parkir,
“pak, beneran nggak ada ya? Saya tadi bawa barang lho” tanyaku memastikan.
“iya mbak nggak ada, dari tadi saya di sini memang nggak ada barang” jawab abang tukang parkir.
Ku putuskan untuk ku sudahi saja perdebatan ini dan kembali ku perhatikan abang tukang parkir dengan tato di lengannya,
“jangan… jangan…” bisikku dalam hati, bersuudzan pada si abang tukang parkir. Ku mundurkan motor sambil dibantu abang tukang parkir dan langsung ku tancap gas tanpa mengucapkan terimakasih padahal aku tak pernah tak mengucapkannya karena aku udah terlanjur kezel. Aku tak membayar uang parkir karena memang di alfamidi ini bebas parkir.
Di perjalanan pulang ku putuskan untuk kembali membeli ayam goreng hisana karena masih lapar, gapapa lah beli lagi. Sebelum sampai di hisana, ku sempat terbesit untuk mendoakan yang nggak nggak untuk tersangka yang mengambil ayam goreng hisanaku,
“semoga yang ngambil ayam goreng hisanaku….” Bisikku dalam hati tampa bisa ku teruskan,
“eh… bentar-bentar, gimana kalau ternyata ayam gorengnya ketinggalan” bersamaan dengan gumamanku itu, sampailah aku di hisana. Pandanganku langsung tertuju pada sebungkus ayam goreng di meja kasir tempatku membayar tadi. Langsung ku bergegas dan bertanya,
“mas, ini ayam goreng saya ya”
“iya mbak, ini ayam goreng yang mbak beli tadi, dada kan ya?” tanya mas-mas hisana memastikan.
“iya mas, tadi lupa ternyata nggak dibawa” jawabku.
MAKJREEEENGGGGG…. Hahahaaha. Udah bikin kehebohan dan huru hara di alfamidi, suudzan ke abang tukang parkir, dan ternyata tersangkanya diriku sendiri wkwkwk. Aku merasa bersalah banget sama abang tukang parkir dan para pegawai alfamidi yang ku recokin. Ya Allah, untungnya CCTV nya lagi trouble ya, jadinya aibku masih tertutup. Terimakasih ya Allah, coba kalau CCTV nya berfungsi, bisa malu banget kan kalau pas dilihat ternyata aku emang nggak bawa apa-apa. Astaghfirullahaladzim, apa aku udah sepikun itu ya. Apa ada korelasinya ya rasa pusing yang sering ku rasakan sama sifat pelupaku yang makin menjadi-jadi. Semoga nggak ya, ini kan hal yang biasa terjadi nggak sih? Kalian juga pasti pernah kan ya. Aku sih berkali kali kayak gini tapi ini yang terkocak sih karena bikin HUEBOH. Pas nulis ini kau masih nggak habis fikir sih kenapa bisa mengalami hal konyol kayak gini. Hikmahnya adalah kalau beli sesuatu, pas bayar di kasir barangnya dipegang jangan ditaruh soalnya probabilitas untuk lupa bawa akan semakin besar. Gitu aja sih… jangan lupa bahagia ya teman-teman. Gapapa sesekali mengalami hal konyol karena memang hidup terkadang nggak perlu seserius itu wkwkwk #mencariPembenaran.